Jumat, 12 Juni 2009

Selasa, 03 Februari 2009

Delegasi SMA I Annuqayah Juarah harapan II Pidato Bahasa Inggris Se-Madura

Pada tanggal 24 januari 2009 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syehkhona Kholil Bangkalan menggelar lomba pidato dua bahasa, inggris dan arab se-madura. Surat permohonan delegasi yang sampai pada hari tanggal 01 Jnauari 2009 ke Sekolah Menengah Atas (SMA) I Annuqayah, mandapat respon positif dari Bapak Subaidi mukhtar, S. Pd. I (kepala) . yaitu dengan mendelegasikan dua orang siswa untuk mengikuti lomba tersebut, Helmi faruq kelas XI IPA dengan Suthan Zainul Haque X B.
Keduanya berangat dengan seorang guru pembimbing bahasa inggris, Bapak Luthfi. Manurut beliau lomba yang sekopnya se-madura tersebut berjumlah sekitar 200 orang pesarta. Dan dirinya meresa senang karena salah satu anak asuhnya Helmi faruq berhasil memperoleh juara harapan II, dan merupakan satu-satunya delegasi Annuqayah yang juara.
Tapi ditengah-tengah itu beliau merasa kecewa dengan tim juri. Pasalnya mereka tidak tepat waktu dalam memberhentikan pidato para peserta. Sehingga yang dialami Helmi Faruq, adalah pidatonya tidak sampai pada closing, pidatonya tidak sempurna.
Menurut Helmi faruq ketika ditemui di kelasnya mangungkapkan, dari penalamannya selama ikut lomba dilur, baru saat itu dia mengalami juri yang kurang beres. Ketusnya denan nada serius. Saya sangat kecewa karena saya mengira waktu yang saya punya masih tinggal 3 menit lagi. Nyatanya baru saya pidato 7 menit bel sudah dibunyikan tanda waktu sudah habis.
Latihan yang dilakukan kurang lebih satu minggu itu ternyata terasa sia-sia. Yang sangat tidak bisa diterima oleh faruq (Panggilan akrabnya) bukan masalah juara yang ia peroleh. akan tetapi pada tim juri. Tapi baginya hal itu dijakan motivasi untuk selalu mengembangkan potensinya.(Supriyadi)

Sabtu, 17 Januari 2009

PPA. Lubangsa Adakan Ajian Kitab Kuning Pasca Ujian Semister Pertama Di Sekolah Formal

PPA. Lubangsa mengisi liburan sekolah formal pasca ujian semester pertama 2009 dengan ajian kitab kuning, (Risalatul Mua’wanah). Kegiatan tersebut diadakan oleh pengurus seksi P2PK (Pandidikan, Pangajaran dan Pengembangan Intelektual).

Pagi itu seusai shalat jama’ah Subuh di masjid Jama’ Annuqayah 23 Januari 2009 ada pengumuman yang datangnya dari pengurus Pesantren seksi P2PK yang berisi bahwa, demi mengisi hari libur sekolah formal Annuqayah, maka akan diadakan ajian kitab Risalatul Mu’awanah. Bersamaan denga itu pula suara bergemuruh terdengar di dalam masjid, keluhan santri yang tidak setuju dengan kegiatan tersebut. “duh lessonah” adu capek deh.. ucapnya salah satu santri yang duduk di shap paling depan nomer dua dari selatan itu. hal itu bukan hanya dikeluhkan oleh santri tersebut, tapi juga hal yang senada di ucapkan oleh santri-santri lainnya.

Manurut Rafiq, siswa kelas II MAT. Annuqayah, dirinya berencana istirahat selama liburan Sekolah. Karena dia baru selesai mengikuti ujian, terangnya saat di temui di teras depan Masjid. Dengan terpaksa dirinya harus menggagalkan itu semua. Tapi lain halnya denga Muhammad Nuh. Siswa kelas II A MTs I A. dia malah terlihat gembira ketika mendengar pengumuman itu. Alasannya, dia selama + satu tahun mendok di Lubangsa tidak pernah mengaji kitab sampai hatam. Jadi kesempatan tidak akan disia-siakan, kerena menurut informasi yang dia terima dari pengurus pesantren, kitab tersebut akan dihatamkan.

Muhammad Khotib. Anggota pengurus seksi P2PK. Manuturkan, bahwa tujuan kagiatan tersebut adalah untuk mengisi liburan sekolah formal Annuqayah. Meskipun pada dasarnya kegiatan tersebut tidak tertulis dalam progaram kerja. Karena pihaknya sebagai pengurus yang bergerak dibidang pendidikan, penalaran dan pengembangan intelaktual maka merasa perlu mengadakannya. Juga pihaknya tidak menginginkan liburan tersebut oleh santri hanya diisi dengan santai-santai bahkan pulang. Dan bilau menyadari bahwa akan ada keluhan dari santri, tapi biasanya hal itu hanya brtahan sementara ”toh nanti juga terbiasa kok” ketusnya dan melempar senyum.

Beliau menambahkan, kitab tersebut rencananya akan dihatamkan dengan cara full time selama satu hari satu malam. Yaitu mulai pegi sampai siang, teru sore dan dilanjutkan pada malam harinya. Santri hanya istirahat sebentar (untuk makan). Namau berhubung dengan adanya beberapa kendala, maka pihaknya memutuskan untuk dilaksanakan pada pagi harinya saja. Yuitu dari jam 07:30 WIB sampai 11:00 WIB. (Supriyadi)

Sabtu, 10 Januari 2009

Dihawatirkan, Santri Lubgansa (Siswa) Tidak Ada Kesiapan dalam Menghadapi Ujian

Santri Lubangsa tersulap dengan ujian semister pertama di sekolah formal Annuqayah. Hari minggu 04/01/2009 tepatnya pada jam 19:00 WIB suasana Lubansa benar-benar sepi tidak seperti biasanya. Sepertinya tidak ada satu suarapun yang muncul dari santri yang lagi serius belajar dedepan asrama kawasan Blok F itu. Ada yang duduk, berbaring posisi mereka sambil memegang buku mata belajaran ditangannya.

Suasana itu tidak seperti hari-hari sebelumnya, yang mana selalu tedengar suara santri yang gurau meskipun jam belajar di pesantren sedang berlangsung. Pengurus yang datang untuk menegur mereka, Hanya mampu meredam saat pengurus itu masih dilihatnya. Kalau sudah tidak ada, gurau mereka pun berlanjut. Sedangkan bagi mereka yang suka berdongen, mereka ngumpul dan berbagi cerita satu sama yang lain. Mungkin hanya segelintir santri yang menggunakan jam belajar pesantren dengan serius. Itupun harus mencari tempat yang sepi seperti dimasjid.

Sebut saja Muhklis (nama samaran) yang sedang duduk di bangku kelas X SMA 1 Annuqayah, dia mangaku tidak punya persiapan sedikitpun dalam menghadapi ujian semister pertama ini. Dia hanya mengandalkan malam itu untuk belajar semaksmal mungkin agar dapat menjawab soal ujian Ekonomi dan fiqih besok (senin 15/01/2009). Dia adalah lulusan MTs 1 Annuqayah pada tahun 2007 kemarin. hal tersebut sudah terbisa sejak dia masih MTs. Muhklis bukan sekedar belajar yang di maksimalakan tapi juga ibadahnyapun ditingkatkan. Dia termotivasi untuk bangun malam untuk menunaikan Sholat Tahajjud dan dilanjutkan dengan belajar.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Muhammad Sulaiman Siswa kelas II MA 1 Annuqayah. Yang mana kalau sebelum ujian dia hanya belajar maksimal 1 jam selama selama 24 jam. Kalau ujian mau tidak mau belajar harus di genjot karena takut tidak naik kelas cetusnya ketika di temui di pondoknya.

Bapak Rohanna yang menjabat sebagai Pengurus Pesantren Kasi P2PK (Penididikan. Penalaran dan Pengembangan Keilmuan), ketika ditemui saat piket mengontrol santri dikawasan Blok F itu mengatakan, pihaknya merasa hawatir akan kesiapan santri (Siswa) Lubangsa dalam menghadapi ujian semester pertama ini. Karena pada H-5 sama sekali tidak kterlihat peningkatan belajar santri untuk menghadapi ujian. Kalau berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, sangat berbeda. Yang mana kalau ujian sudah mau dilaksanakan, maka jauh hari sebelumnya santri sudah memadati Masjid dan Astah untuk dijadikan tempat belajar. Kalau sekarang jarang santri yang belajar di astah. ucapnya sambil menghisap satu batang rokok yang dipegangnya itu.

Dengan memegang tongkat yang berukuran 1 miter itu dia menambahkan bahwa, yang menjadi faktor penurunan belajar santri itu adalah kurangnya kesadaran pada diri mereka. Sehingga mereka lupa akan tuajuan yang sebenarnya dimondokkan kepesantern. Namun pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin, bagaimana santri itu kembali sadar. Kalau kesadanran itu sudah ada, maka semuanya gampang tambahnya. (Supriyadi)

SANTRI LUBANGAS ISTIGAHSAH DEMI KESALAMATAN PALESTINA

Selasa 06/01/2009, Santri lubangsa mendadak istighasah untuk keselamatan Palestina yang menurut kabar malam itu telah dibaitai habis-hbisan oleh pasukan tentara Israel (Yahudi). Semua pengurus pesantren bertebaran menghalau santri untuk mendatangi Masjid Jami’ Annuqayah. Tidak terkecuali Santri yang sedang tidur pun dibangunkan. Pada waktu itu jarum jam sudah menunjukkan 10:45 WIIB. Jadi santri sudah banyak yang sudah tidur.

Sebelum istighasah dimulai oleh Luqman (ketua pengurus PPA. Lubangsa) memberi tahu maksud istighasah mendadak tersebut. Istighasah dilaksanakan menurutnya atas intruksi pengasuh (Drs. KH. A. Writs Ilyas). Beliau mendapat SMS dari temennya yang beriisi bahwa Palestina tepatnya di jalur Gaza saat itu dibantai habi-habisan oleh pasukan tentara Israel.

Nahas bagi Pelstina yang tidak ada henti-hentinya terdengar suara tembakan dan bom. Gaza yang menjadi titik pusat penyerangan Israel (Yahudi) membuat panik para penduduk sipil disana. Awan hitam mengebul diatas bumi Gaza yang diakaibatkan ledakan bom Israel (jawa pos / Janauari 2008). Mendengar penjelasan dari Luqman, para Santri terlihat prihatin mendengarnya. Bagaimana pun juga Orang Palestina adalah sandara bagi mereka.

Luqman malanjutkan, atas permintaan pengasuh santri diminta untuk membaca surat Al-Fatah satu kali dan dilanjutkan dengan Do’a bersama. Setelah itu, beliau memulai gerbat dengan punuh Khusyuk. Tidak ketinggalah santri pun mengikutinya dengan Khusyuk pula. Bahkan diantara mereka ada yang sampai meneteskan air mata saat mengji. Dan air matantanyapun mengalir hingga membasahi sebagian Kitab Suci Al-Qura’an yang lagi dipegangnya.

Manurut santri tersebut (Syamsul) nama samaran. Dirinya meresa prihatin dan haru ketika mendengar orang muslim (sandaranya) dibantai. Dia tidak dapat menahan genangan air matanya untuk dibendung. Lepaslah air mata kaibaan hatinya terhadap orang Palestina sehingga mangalir dan membasahi Al-Qur’an yang dipegangnya itu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika hal tersebut terjadi pada dirinya sendiri.

Pada tanggal 06/01/2009, Jawa Pos menampilkan foto tiga anak kecil warga Palestina yang teluka akibat serangan brutal Israel. Mata mereka penuh dengan genangan air mata dan merintih kesakitan. Wajahnya berdarah dan dikawal oleh satu orang petugas untuk diobati dirumah sakit Shifa, Gaza. Namun yang menarik, ada satu bocah penuh beranian memprotes pasukan Israel yang bersenjata panjang dan ukurannya hampir sama dengan anak kecil itu. Terlihat luapan marahnya telah membutakan akan ketakutan untuk menghadap tentara Israel yang besar-besar.

Seruan akan prihatin terhadap warga mauslim Palestina itu banyak bermunculan dari santri-santri lainnya. Meraka sama-sama tidak terima dengan serangan Israel yang telah membuat sengsara bahkan menewaskan warga sipil sampai-sampai pada anak kecil yang menjadi korbannya. (Supriyadi)

Sabtu, 03 Januari 2009