Sabtu, 10 Januari 2009

Dihawatirkan, Santri Lubgansa (Siswa) Tidak Ada Kesiapan dalam Menghadapi Ujian

Santri Lubangsa tersulap dengan ujian semister pertama di sekolah formal Annuqayah. Hari minggu 04/01/2009 tepatnya pada jam 19:00 WIB suasana Lubansa benar-benar sepi tidak seperti biasanya. Sepertinya tidak ada satu suarapun yang muncul dari santri yang lagi serius belajar dedepan asrama kawasan Blok F itu. Ada yang duduk, berbaring posisi mereka sambil memegang buku mata belajaran ditangannya.

Suasana itu tidak seperti hari-hari sebelumnya, yang mana selalu tedengar suara santri yang gurau meskipun jam belajar di pesantren sedang berlangsung. Pengurus yang datang untuk menegur mereka, Hanya mampu meredam saat pengurus itu masih dilihatnya. Kalau sudah tidak ada, gurau mereka pun berlanjut. Sedangkan bagi mereka yang suka berdongen, mereka ngumpul dan berbagi cerita satu sama yang lain. Mungkin hanya segelintir santri yang menggunakan jam belajar pesantren dengan serius. Itupun harus mencari tempat yang sepi seperti dimasjid.

Sebut saja Muhklis (nama samaran) yang sedang duduk di bangku kelas X SMA 1 Annuqayah, dia mangaku tidak punya persiapan sedikitpun dalam menghadapi ujian semister pertama ini. Dia hanya mengandalkan malam itu untuk belajar semaksmal mungkin agar dapat menjawab soal ujian Ekonomi dan fiqih besok (senin 15/01/2009). Dia adalah lulusan MTs 1 Annuqayah pada tahun 2007 kemarin. hal tersebut sudah terbisa sejak dia masih MTs. Muhklis bukan sekedar belajar yang di maksimalakan tapi juga ibadahnyapun ditingkatkan. Dia termotivasi untuk bangun malam untuk menunaikan Sholat Tahajjud dan dilanjutkan dengan belajar.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Muhammad Sulaiman Siswa kelas II MA 1 Annuqayah. Yang mana kalau sebelum ujian dia hanya belajar maksimal 1 jam selama selama 24 jam. Kalau ujian mau tidak mau belajar harus di genjot karena takut tidak naik kelas cetusnya ketika di temui di pondoknya.

Bapak Rohanna yang menjabat sebagai Pengurus Pesantren Kasi P2PK (Penididikan. Penalaran dan Pengembangan Keilmuan), ketika ditemui saat piket mengontrol santri dikawasan Blok F itu mengatakan, pihaknya merasa hawatir akan kesiapan santri (Siswa) Lubangsa dalam menghadapi ujian semester pertama ini. Karena pada H-5 sama sekali tidak kterlihat peningkatan belajar santri untuk menghadapi ujian. Kalau berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, sangat berbeda. Yang mana kalau ujian sudah mau dilaksanakan, maka jauh hari sebelumnya santri sudah memadati Masjid dan Astah untuk dijadikan tempat belajar. Kalau sekarang jarang santri yang belajar di astah. ucapnya sambil menghisap satu batang rokok yang dipegangnya itu.

Dengan memegang tongkat yang berukuran 1 miter itu dia menambahkan bahwa, yang menjadi faktor penurunan belajar santri itu adalah kurangnya kesadaran pada diri mereka. Sehingga mereka lupa akan tuajuan yang sebenarnya dimondokkan kepesantern. Namun pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin, bagaimana santri itu kembali sadar. Kalau kesadanran itu sudah ada, maka semuanya gampang tambahnya. (Supriyadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar